Republika, Sabtu, 17 Januari 2009 pukul 11:05:00
Anjing Yahudi
Oleh: Adian Husaini
Dosen Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor
Dosen Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor
Dokter Abu Aukal nyaris tak percaya pada apa yang dilihatnya di Gaza. Jenazah Shahd (4 tahun) terkoyak-koyak akibat dimakan oleh anjing milik Zionis Yahudi. Puluhan jenazah wanita dan anak-anak Palestina korban kebiadaban kaum Zionis sudah ia tangani. Tapi, kondisi jenazah Shahd sungguh mengerikan. Menurut saksi mata, tubuh anak itu dibiarkan selama bebarapa hari menjadi santapan anjing-anjing bawaan tentara Yahudi Israel. Keluarga tak sanggup mengambilnya, karena ditembaki oleh tentara Israel begitu berusaha mendekati jenazah sang bocah. (Republika, 15/1/2009).
Tentu saja kebiadaban semacam ini sudah tersiar ke seluruh penjuru dunia. PBB sudah mengecam kebiadaban Israel. Umat manusia yang waras dan masih mempunyai hati nurani pun pasti tersengat hatinya menyaksikan kebiadaban Israel, yang tiap hari membantai penduduk Gaza. Dalih Israel bahwa serangannya untuk mempertahankan diri tidak dapat diterima akal sehat. Dewan HAM PBB memutuskan bahwa Israel telah melakukan pelanggaran HAM massal terhadap warga Palestina.
Presiden Majelis Umum PBB, Miguel d'Escoto Brockmann, di Markas PBB (14/1/2009) menyatakan, PBB bertanggung jawab terhadap kejadian di Timur Tengah. Karena, PBB-lah (melalui Resolusi 181 Tahun 1947) yang memberi jalan terbentuknya negara Israel, dengan mengusir penduduk Palestina. ''Warga Palestina telah diperlakukan tidak manusiawi beberapa dekade terakhir, dan agresi Israel akan membuatnya menjadi lebih buruk,'' ujarnya.
Dunia sebenarnya sudah lama tahu tabiat kaum Zionis ini. Seperti biasa, Israel tidak memedulikan semua bentuk kecaman, seruan, kutukan, atau resolusi PBB. Bahkan, PM Israel Ehut Olmert berkata dengan ketus pada PBB, ''Pikirkan urusanmu sendiri.'' (Republika, 15/1/2009).Sejak merampas tanah Palestina dan mendirikan negara Yahudi, 14 Mei 1948, kaum Zionis Israel ini tak henti-hentinya menebar teror dan kekejaman. Pada 10 November 1975, Majelis Umum PBB mengeluarkan Resolusi 3379 (xxx) yang menyatakan: ''Zionisme adalah sebentuk rasisme dan diskriminasi rasial.''
Tahun 1955, Indonesia memelopori Konferensi Asia-Afrika, yang salah satu jiwa pokoknya anti-Zionisme. Mantan menlu RI, Roeslan Abdulgani, menulis, dalam konferensi tersebut Zionisme dikatakan sebagai the last chapter in the book of old colonialism, and the one of the blackest and darkest chapter in human history. Menurut Roeslan, ''Zionisme boleh dikatakan sebagai kolonialisme yang paling jahat dalam zaman modern sekarang ini.''
Dr Israel Shahak, cendekiawan Yahudi, dalam bukunya, Jewish History, Jewish Religion (1994) menulis: In my view, Israel as a Jewish state constitutes a danger not only to itself and its inhabitants, but to all Jew and to all other peoples and states in the Middle East and beyond. Jadi, menurut Shahak, keberadaan negara Israel yang sangat rasialis memang merupakan ancaman bagi perdamaian dunia.
Berburu militan
Apa yang dilakukan Zionis Yahudi saat ini di Gaza tampaknya merupakan realisasi dari politik pasca-Perang Dingin yang dirancang oleh kelompok tertentu untuk memburu kaum militan Islam. Samuel P. Huntington, dalam bukunya Who Are We (2004) sudah menulis: The rhetoric of America's ideological war with militant communism has been transferred to its religious and cultural war with militant Islam.
Jadi, menurut Huntington, pasca 11 September 2001, AS telah memutuskan untuk melakukan perang budaya dan perang agama dengan Islam militan. Nah, karena Hamas dikategorikan sebagai Islam militan, maka mereka harus ditumpas. Juga, siapa pun yang melindungi Hamas dan bersama Hamas, seperti wanita dan anak-anak Palestina, juga halal dibunuh. Jika perlu jenazah anak-anak itu dijadikan umpan bagi anjing-anjing Yahudi Israel. Inilah yang juga terjadi di Afghanistan. Taliban, dengan alasan termasuk kategori 'militan' maka harus dibasmi dari muka bumi. Anehnya, masih ada saja media massa yang juga mengumbar sebutan 'militan' untuk Hamas dan tidak menggunakannya untuk Ehud Olmert dan George W Bush yang jelas-jelas bertanggung jawab atas pembunuhan massal warga Afghanistan dan Palestina.
Perburuan terhadap Hamas pun sudah berlangsung lama. Karena tidak berhasil melumpuhkan Hamas, maka Israel dengan dukungan AS makin kalap saja. Apalagi setelah Bush mendapat hadiah lemparan sepatu dari wartawan Irak, al-Zaidi. Pada 22 Maret 2005, Syekh Ahmad Yassin, pemimpin Hamas, tewas dirudal oleh helikopter Israel. Hanya untuk membunuh seorang kakek yang lumpuh sekujur tubuhnya, Israel harus menggunakan senjata pemusnah massal semacam itu. Sebulan kemudian, pada hari Sabtu, 17 April 2005, giliran Abdul Azis Rantisi, pemimpin Hamas, juga dihabisi Israel dengan cara serupa.
Pasca terbunuhnya Syekh Ahmad Yassin, Menteri Pertahanan Israel, Saul Mofaz, berkata, ''Akan kami bunuh semua pemimpin Hamas Palestina.''Mofaz tidak menggubris seluruh protes terhadap aksi biadab Israel. Menurutnya, jika ada reaksi terhadap itu, maka itu hanya bersifat sementara dan akan segera dilupakan. Ketika itu, Gedung Putih pun hanya menyesalkan terbunuhnya Syekh Yassin. ''We are deeply troubled by this morning's actions in Gaza,'' kata Condoleeza Rice, yang waktu itu masih menjabat penasihat keamanan Gedung Putih.
Namun, ia juga menekankan, bahwa Hamas adalah teroris dunia dan Yassin adalah pemimpinnya. Katanya, ''Let's remember that Hamas is a terrorist organization and that Sheikh Yassin himself has been heavily involved in terrorism.''Sikap AS yang terus menjadi bodyguard dan cukong Israel semacam inilah yang telah memicu kenekatan pemimpin Israel untuk terus membunuh para pemimpin Hamas dan membunuhi penduduk Israel. Pasca terbunuhnya Rantisi, Israel juga menyatakan, bahwa mereka telah membunuh seorang 'mastermind of terrorism', dan menyatakan akan terus membunuh pemimpin militan Palestina. ''Israel ... today struck a mastermind of terrorism, with blood on his hands,'' kata Juru Bicara Kementrian Luar Negeri Israel, Jonathan Peled. ''Jika otoritas Palestina tidak memberangus terorisme, maka Israel akan melanjutkan tindakan itu sendiri,'' sambungnya.
Siapa yang teroris sebenarnya? Hamas adalah pemenang sah pemilu di Gaza. Tapi, AS tidak mau mengakuinya. Hamas berjuang karena negaranya dijajah dan dirampas. Hanya karena meluncurkan roket-roket yang mencedarai beberapa gelintir warga Yahudi, maka Hamas dicap sebagai teroris. Sementara itu, tentara AS dan Israel yang telah membantai ribuan warga sipil Afghanistan dan Palestina diberi kedudukan terhormat sebagai 'pemberantas' teroris. Karena mereka kuasa, dunia pun tidak berdaya. Bahkan, negara-negara Islam yang bergelimang kekayaan pun tak berdaya. Pemimpin-pemimpin Arab terus sibuk menggelar rapat dan merumuskan 'Resolusi', sementara di depan mata mereka warga Palestina dijadikan santapan peluru dan anjing Yahudi.
Kekuatan!
Jika para pemimpin dunia Islam masih percaya pada 'logika kertas', maka Yahudi justru hanya percaya kepada logika kekuatan. Pada 29 April 2003, saat peringatan Holocaust, Ariel Sharon berpidato, The murder of six million Jews has demonstrated that the Jewish people can only achieve security through strength. Dengan mengenakan peci khas Yahudi (kipa) Sharon menegaskan, bahwa hanya kekuatan (strength) yang dapat menyelamatkan bangsa Yahudi. Karena itu, ia tidak terlalu percaya pada penggunaan cara-cara yang dinilainya menunjukkan kelemahan, seperti diplomasi, perundingan, dan sejenisnya.
Logika kekuatan ini memang banyak dianut oleh para tokoh Zionis. Salah satunya, Vladimir Jabotinsky. Gideon Shimony, penulis buku The Zionist Ideology (1995) menyebut Jabotinsky seorang Zioinis yang brilian, orator ulung, yang tumbuh di komunitas Yahudi Rusia. Teori-teorinya banyak diaplikasikan dalam gerakan Zionisme, terutama dalam penggunaan kekuatan dan segala cara yang memungkinkan untuk mewujudkan impian Zionis, termasuk penggunaan kekerasan.
Ralph Schoenman, dalam bukunya The Hidden Agenda of Zionism, juga banyak mengungkap pemikiran Jabotinsky dalam mewujudkan impian Zionis. Bahkan, kaum Zionis tidak tabu untuk bekerja sama dengan Nazi Jerman, kaum pembantai Yahudi sendiri. Fakta-fakta kerja sama Nazi Jerman dengan gerakan Zionis untuk menggiring orang Yahudi ke Palestina juga diungkap sejawaran Inggris, Faris Glubb, melalui bukunya, Zionist Relations with Nazi Germany (1979).
Sebagian Zionis juga bisa mencari legitimasi penggunaan kekerasan pada sejarah nenek moyang mereka sebagaimana tertulis dalam Bibel: ''Bersoraklah, sebab Tuhan telah menyerahkan kota ini kepadamu. Dan kota itu dengan segala isinya akan dikhususkan bagi Tuhan untuk dimusnahkan.'' (Yosua, 6:16-17). Hanya seorang pelacur dan seisi rumahnya yang diselamatkan. (Yosua 6:17). 'Mereka menumpas dengan mata pedang segala sesuatu yang dalam kota itu, baik laki-laki maupun perempuan, baik tua maupun muda, sampai kepada lembu, kuda, dan keledai.' (Yosua, 6:21).
Melihat track record perilaku kaum Yahudi Zionis selama ini, sebenarnya, pembantaian ribuan warga Palestina di Gaza saat ini memang tidak aneh. Zionis Yahudi memang haus darah. Mereka belum puas mencaplok wilayah Palestina, membunuh dan mengusir jutaan penduduknya. Kini, mereka mengerahkan anjing-anjing buas untuk memakan jenazah anak-anak Palestina! Karena itu, kita benar-benar terbelalak, ada saja beberapa gelintir manusia di Indonesia yang masih menaruh simpati kepada Israel dan mencerca Hamas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar