Selasa, 06 Januari 2009

Politik Kebun Binatang ala SBY-JK

Terpancing Politik Kebun Binatang

Raden Trimutia Hatta & Anton Aliabbas

(inilah.com/Raya Abdullah)

INILAH.COM, Jakarta - Entah sedang bersaing politik atau memang sengaja berlibur, SBY mengikuti jejak Jusuf Kalla mengunjungi kebun binatang. Meski sama-sama melihat satwa, motif kunjungan dua petinggi negara tersebut sangat berbeda. Bila JK memang sedang berlibur, kalau SBY justru karena alasan 'bekerja'.

Menikmati liburan, apalagi bersama para cucu tersayang mungkin hal yang paling jarang dilakukan JK. Karena itu, ketika sedang menikmati libur awal tahun 2009, JK tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. JK menyempatkan diri ke Taman Safari, Gianyar, Bali, demi menyenangkan hati para cucunya pada 2 Januari silam.

Tidak ada yang istimewa dari kunjungan JK tersebut. Yang tergambar hanyalah raut wajah seorang kakek yang menemani cucunya bercengkerama dengan koleksi satwa yang ada. "Sangat menyenangkan, dengan begini kita bisa menambah wawasan," ujar JK.

Kondisi cukup kontras ditunjukkan oleh SBY yang berkunjung ke Kebun Binatang Ragunan, Jakarta, pada 4 Januari lalu. Meski berlibur, SBY tetap menyelipkan 'pekerjaannya' sebagai Kepala Pemerintahan. "Mengapa saya berkunjung ke tempat rakyat? Menurut pepatah, pemimpin jangan hanya membaca buku Plato. Tapi pergilah naik bus menemui rakyat," jelas SBY kala itu.

SBY mengaku, tiap tahun selalu datang ke tempat keramaian, baik saat Lebaran maupun Tahun Baru. Dari sejumlah tempat keramaian yang ada di Ibu Kota, hanya tinggal Taman Margasatwa Ragunan yang belum dikunjunginya. Sebelumnya, SBY juga mengunjungi pusat perbelanjaan di bilangan Pondok Indah, Jakarta Selatan.

Dalam liburannya ini, SBY pun didapuk untuk memberi nama 4 harimau putih asal India yang baru dilahirkan pada 26 Desember 2008. Sambil menggendong, Presiden lalu menyebut empat nama yang telah disiapkan bagi bayi harimau yang belum kuasa membuka kelopak mata itu. Tiga bayi harimau betina ia beri nama Ayu, Asri, Kasih, sedangkan satu bayi harimau jantan diberi nama Sinar.

"Kasih agar saling mengasihi, ayu itu keindahan, asri untuk lingkungan, dan sinar adalah cahaya kebaikan," ucap Presiden.

Perbedaannya terletak pada acara di sela kunjungan. Sebelum mengakhiri kunjungannya, SBY menyempatkan diri menggelar jumpa pers. Tidak hanya menyangkut soal kebun binatang saja tetapi juga menyangkut masalah kebijakan ekonomi.

"Tanggal 1 dilaporkan ke saya, ada good news. APBN 2008 kita 99,6 persen dibelanjakan. Jadi tidak terlalu banyak lagi yang tidak dibelanjakan. Hampir 100 persen. Pembelanjaan itu mencakup Rp 985 triliun," urai SBY di hadapan wartawan dan ratusan pengunjung.

SBY kemudian merinci langkah-langkah yang disiapkan pemerintah menghadapi krisis global. Pemerintah, ungkapnya, telah mengalokasikan dana Rp 50 triliun yang berasal dari sisa anggaran pada 2008 Rp 38 triliun dan dana aPBN 2009 senilai Rp 12 triliun.

"Sebanyak Rp 38 triliun ini tentunya sangat berguna ditambah dengan Rp 12 triliun yang kita cadangkan. Jumlahnya menjadi Rp 50 triliun yang akan kita gunakan untuk stimulasi pertumbuhan mengatasi krisis keuangan dunia sekarang ini," beber SBY.

Aksi SBY ini tak ayal menuai kritik. SBY, yang sebelumnya sudah mendeklarasi siap maju dalam Pilpres, dinilai telah mencuri start kampanye. "Dia datang ke Ragunan, itu jelas berkampanye mencari dukungan dengan alasan bertemu dengan rakyat kecil," tegas pengamat politik dari Univesitas Indonesia, Boni Hargens.

Di mata Boni, kunjungan itu menyiratkan SBY tidak mau kalah dengan JK. Tidak hanya itu, ia berpendapat hal yang dilakukan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu salah. Sebab bila bertemu rakyat, SBY harus mendengar aspirasi dan merasakan kegelisahan rakat yang kemudian dimasukkan ke dalam suatu kebijakan.

"SBY datang keragunan tidak merepresentasikan untuk bertemu dengan rakyat kecil, karena yang datang keragunan itu lebih banyak yang kelas menengahnya," imbuh Boni.

Nuansa politik memang tidak bisa dilepaskan dalam setiap langkah SBY. Terlebih, genderang siap maju Pilpres sudah ditabuh sehingga mau tidak mau setiap gerakan SBY akan dipandang sebagai manuver politik.

Terlepas dari sarat politis atau tidak, rakyat tentu berharap ke depan perhatian yang diberikan elite terhadap rakyat kecil jangan hanya 'banjir' menjelang pesta demokrasi saja. Sebab, rakyat kini sudah sangat bosan dengan kepura-puraan.[L4]

Tidak ada komentar: