[ Jawa Pos, Senin, 30 Maret 2009 ]
GRESIK - Tekad Yusril Ihza Mahendra untuk maju sebagai calon presiden (capres) sudah bulat. Dia menargetkan Partai Bulan Bintang (PBB) memperoleh 10 persen suara. Dengan angka itu, kata dia, PBB akan mudah menggandeng partai lain untuk meletakkan nama Yusril sebagai capres.
Yusril bersama Ketua DPC PBB Gresik Abdul Abbas mengungkapkan hal itu dalam kampanye akbar PBB di Jalan Noto Prayinto kemarin (29/3). Menurut dia, perolehan 10 persen suara akan menjadikan PBB sebagai pemimpin atau memiliki peran vital dalam koalisi. ''Imbasnya, bukan tidak mungkin PBB akan memajukan capres sendiri,'' jelas politikus kelahiran 1956 tersebut.
Mantan menteri sekretaris negara itu melihat peluang dirinya untuk menjadi capres masih terbuka lebar. Dia juga meyakinkan simpatisannya bahwa dirinya tidak berniat mengubah NKRI menjadi negara Islam. ''Karena itu, saya dan PBB tidak akan menjadi ancaman bagi negara ini,'' terangnya.
Lebih lanjut Yusril mengatakan bahwa hasil lembaga survei yang tidak pernah menempatkan PBB sebagai kontestan kuat pileg juga diminta untuk tidak ditanggapi. ''Kita tidak boleh pesimistis dengan hasil survei tersebut. Orang boleh bilang partai kita kecil. Tetapi, kader PBB lebih baik daripada partai besar sekalipun,'' katanya dan disambut tepuk tangan simpatisan.
Politikus yang juga pernah menjabat menteri kehakiman dan sempat melakukan judicial review persyaratan capres ke Mahkamah Konstitusi itu tidak pesimis dengan pengajuan dirinya kembali menjadi capres PBB. Yusril mempermasalahkan persyaratan capres yang harus diraih partai politik (parpol) atau gabungan parpol sebanyak 20 persen perolehan kursi DPR atau 25 persen perolehan suara nasional pemilu legislatif.
Menurut dia, implikasi dari peraturan tersebut adalah semua capres harus menunggu perkembangan politik yang akan terjadi. Sebab, partai mana yang berhak mengajukan capres baru diketahui setelah penghitungan suara. ''Tidak hanya saya, bahkan SBY juga mengalami masalah besar untuk mencapai target tersebut,'' ujar Yusril.
Karena itu, politikus asal Belitung, Sumatera Selatan, itu tidak gegabah dalam memilih partai untuk berkoalisi. Dia tetap akan becermin kepada hasil pileg nanti. Sebab, menurut dia, akan sangat berbahaya bila sudah menentukan koalisi namun persentase suara tidak mencukupi ketentuan. ''Katakanlah sekarang salah satu partai besar mengajak PBB untuk koalisi. Tetapi, bisa jadi setelah pileg PBB lebih unggul dari partai itu,'' terangnya. (dim)
Minggu, 29 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar